Duh, Bayar Rp 80 juta, Jamaah Haji Non Kuota Tinggal Seperti di Barak
MAKKAH - Sungguh malang nasib dua pasang suami isteri yang merupakan jamaah haji Indonesia. Keduanya tampak kebingungan ketika ditemukan di perempatan lampu merah yang berjarak sekitar 500 meter dari Masjidil Haram.
Kedua pasang suami-istri tersebut hanya menggunakan ID Card yang dikalungkan dengan bertuliskan PT Arroyan Tour and Travel.
Sementara gelang yang biasa dikenakan jamaah haji Indonesia tak ada sama sekali. Saat ditanya tinggal di hotel apa? Mereka menjelaskan tempat tinggalnya di sekitar Masjidil Haram. Namun tidak menjelaskan di mana lokasinya dan mengaku tempat tinggalnya seperti rumah penampungan.
Karena belum jelas lokasi tempat tinggalnya, kedua jamaah haji Indonesia yang berasal dari Jawa Timur langsung dibawa ke kantor Daerah Kerja (Daker) Makkah.
Ternyata sepasang suami ini termasuk jamaah haji non kuota. Mereka tidak tahu kalau mereka termasuk jamaah haji non kuota yang tidak terdata di Kementerian Agama maupun Panitia Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH).
''Saya kebetulan ditawari seorang kyai untuk menunaikan ibadah haji dan bisa berangkat tahun ini dengan membayar Rp 80 juta per orang. Waktu itu kami membayar Rp 160 juta untuk berdua yang membiayai anak-anak,'' ungkap ayah dari delapan anak ini .
Hanya dalam waktu tiga bulan pengurusan visa langsung keluar dan setelah enam bulan kemudian, kedua pasang suami isteri tersebut dipastikan bisa berangkat menunaikan ibadah haji. Suami isteri ini berangkat dari Airport Juanda Kamis (18/9) dan rombongannya hanya 18 orang.
Dalam rombongan itu, tak ada pembimbing haji sama sekali, apalagi petugas kesehatan. Dari Juanda pesawat yang ditumpangi ke Singapura, kemudian dari Singapura ke Abudabi. Setelah dari Abudabi terbang ke Jeddah.
Sesampainya di Jeddah rombongan suami isteri ini dijemput bus kecil menuju rumah yang mereka sebut seorang kyai. Sesampainya di rumah orang yang disebutnya Kyai yang ada di Makkah, sepasang suami isteri ini bersama rombongannya dijemput dan dibawa ke penginapannya.
''Penginapannya lebih bagus daripada rumah saya dan seperti rumah penampungan,''ungkap jamaah haji ini. Tim dari Seksi Perlindungan Daker dan beberapa wartawan MCH akhirnya ikut mengantarkan kedua pasangan suami isteri ini untuk mencari dan mengetahui seperti apa tempat penginapan mereka.
Jum'at (19/9) sekitar pukul 23.00 mulai dilakukan pencarian tempat penampungan kedua pasangan yang tak mau disebutkan namanya ini dan Sabtu (20/9) sekitar pukul 01.30 akhirnya ditemukanlah penginapan mereka.
Ternyata penginapan pasangan jamaah haji tersebut masuk gang di sejiar Makam Ma'la dan dekat Masjid Jin. Saat mau masuk ke dalam penginapan tampak dari luar hanya sebuah pintu besi. Untuk menuju kamar, harus melewati lorong kecil bertangga dan bau kotoran.
Kondisi penginapannya sangat miris. Kamarnya tak layak sama sekali, hanya ditutup kain korden dan satu kamar berupa los yang berisi delapan tempat tidur yang saling berdempetan. Hanya ada kipas angin, kasurnya pun tipis dan kamar mandi hanya satu ada di luar kamar. [dz/republika.co.id]
Tidak ada komentar: